KEBAKARAN
HUTAN
Kebakaran hutan adalah salah satu penyebab
kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif. Kebakaran hutan,
kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi
di alam
liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai
pembakaran yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan
bakar yang tersedia di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang
kayu yang sudah mati, dan lain-lain.
Penyebab kebakaran hutan sebagai
berikut:
1. Pembakaran
lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain.
2. Penggunaan
lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH dan di
daerah yang beralang-alang.
3. Konflik
antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa
Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar
untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil
alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat.
4. Dalam
beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes
pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.
5. Tingkat
pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif
yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan
6. Kurangnya
penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan.
7. Sambaran
petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. Kecerobohan
manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
8. Aktivitas
vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
9. Kebakaran
di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut
kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Cara menyikapi bencana dan penderitaan adalah bagian yang tak
mungkin terpisahkan dari kehidupan manusia,sangat mustahil jika ada seorang
manusia yang tidak pernah mengalami penderitaan. Penderitaan itu dapat lahir
atau bathin, atau lahir bathin. Yang termasuk penderitaan itu ialah keluh
kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain – lain.
Dalam mengahadapi suatu bencana dan penderitaan ada baiknya manusia berfikir positif. Berpikir positif merupakan suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada hal-hal yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi. Setiap pikiran positif akan melihat setiap kesulitan dengan cara yang gambling dan polos serta tidak mudah terpengaruh sehingga menjadi putus asa oleh berbagai tantangan ataupun hambatan yang di hadapi. Individu yang berpikir positif selalu di dasarkan fakta bahwa setiap masalah pasti ada pemecahan dan suatu pemecahan yang tepat selalu melalui proses intelektual yang sehat.
Membentuk sikap positif terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan akan membuat seseorang melihat keadaan tersebut secara rasional, tidak mudah putus asa ataupun menghindar dari keadaan tersebut, tetapi justru akan mencari jalan keluarnya. Berpikir positif berkaitan dengan perhatian positif (positive attention) dan juga perkataan yang positif (positive vernalization).
Kita juga harus selalu yakin bahwa setiap penderitaan yang kita alami datang dari Tuhan Y.M.E. dengan hidup lebih berserah diri dan yakin akan kebesaran tuhan ,segala derita yang kita pikul juga bisa lebih terasa ringan.
Dalam mengahadapi suatu bencana dan penderitaan ada baiknya manusia berfikir positif. Berpikir positif merupakan suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada hal-hal yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi. Setiap pikiran positif akan melihat setiap kesulitan dengan cara yang gambling dan polos serta tidak mudah terpengaruh sehingga menjadi putus asa oleh berbagai tantangan ataupun hambatan yang di hadapi. Individu yang berpikir positif selalu di dasarkan fakta bahwa setiap masalah pasti ada pemecahan dan suatu pemecahan yang tepat selalu melalui proses intelektual yang sehat.
Membentuk sikap positif terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan akan membuat seseorang melihat keadaan tersebut secara rasional, tidak mudah putus asa ataupun menghindar dari keadaan tersebut, tetapi justru akan mencari jalan keluarnya. Berpikir positif berkaitan dengan perhatian positif (positive attention) dan juga perkataan yang positif (positive vernalization).
Kita juga harus selalu yakin bahwa setiap penderitaan yang kita alami datang dari Tuhan Y.M.E. dengan hidup lebih berserah diri dan yakin akan kebesaran tuhan ,segala derita yang kita pikul juga bisa lebih terasa ringan.
Berikut ini beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam mengatasi kemungkinan atau terjadinya kebakaran hutan.
1.
Membuat menara pengamat
yang tinggi berikut alat telekomunikasi.
2.
Melakukan patroli
keliling hutan secara rutin untuk mengatasi kemungkinan kebakaran.
3.
Menyediakan sistem
transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.
4.
Melakukan pemotretan
citra secara berkala, terutama di musim kemarau untuk memantau wilayah hutan
dnegan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran
Apabila terjadi kebakaran hutan maka
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pemadaman kebakaran hutan adalah
sebagai berikut.
1.
Melakukan penyemprotan
air secara langsung apabila kebakaran hutan bersekala kecil.
2.
Jika api dari kebakaran
bersekala luas dan besar, kita dapat melokalisasi api dengan membakar daerah
sekitar kebakaran dan mengarahkan api ke pusat pembakaran, yaitu umumnya
dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api seperti sungai, danau, jalan,
dan puncak bukit.
3.
Melakukan penyemprotan air
secara merata dari udara dengna menggunakan helikopter atau pesawat udara.
4.
Membuang hujan buatan.
Sikap kita mengenai bencana dan
penderitaan
Bencana alam sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,manusia, dan atau oleh keduanya dan menyebabkan korban manusia, penderitaan, kerugian,kerusakan sarana dan prasarana lingkungan dan ekosistemnya serta menimbulkan gangguanterhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Penanggulangan Bencana Alam yangdilakukan saat ini masih menyimpan beberapa masalah antara lain sebagai berikut:
• Kelambatan dalam mengantisipasi tanggap darurat bencana;
• Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam pemulihan pasca bencana;
• Kerangka kerja kelembagaan lebih fokus pada pelaksanaan tanggap darurat bencana disbanding pemulihan pasca bencana serta pendanaan yang lebih ditekankan pada tanggap daruratbencana.
• Pemahaman atas pengurangan resiko bencana juga masih terlihat jelas akan kurangnya pemahaman dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan resiko bencana.
• Lemahnya kinerja kelembagaan dalam pelaksanaan pengurangan resiko bencana, kurangnya perencanaan dan pelaksanaan dalam pengurangan resiko bencana serta kurang terpadunya rencana penataan ruang dengan pengurangan resiko bencana.
• Ketidak pahaman masyarakat dalam memberikan bantuan terhadap para korban, mengakibatkan masyarakat yang menjadi korban bencana alam sangat bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah.
• Belum terpenuhinya pelayanan standar minimum yang disyaratkan oleh piagam kemanusia terkait dengan pemberian bantuan terhadap korban bencana, sehingga sering ditemui korban bencana terkesan tidak dipenuhi akan haknya terhadap kehidupan yang bermartabat
Bencana alam sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,manusia, dan atau oleh keduanya dan menyebabkan korban manusia, penderitaan, kerugian,kerusakan sarana dan prasarana lingkungan dan ekosistemnya serta menimbulkan gangguanterhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Penanggulangan Bencana Alam yangdilakukan saat ini masih menyimpan beberapa masalah antara lain sebagai berikut:
• Kelambatan dalam mengantisipasi tanggap darurat bencana;
• Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam pemulihan pasca bencana;
• Kerangka kerja kelembagaan lebih fokus pada pelaksanaan tanggap darurat bencana disbanding pemulihan pasca bencana serta pendanaan yang lebih ditekankan pada tanggap daruratbencana.
• Pemahaman atas pengurangan resiko bencana juga masih terlihat jelas akan kurangnya pemahaman dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan resiko bencana.
• Lemahnya kinerja kelembagaan dalam pelaksanaan pengurangan resiko bencana, kurangnya perencanaan dan pelaksanaan dalam pengurangan resiko bencana serta kurang terpadunya rencana penataan ruang dengan pengurangan resiko bencana.
• Ketidak pahaman masyarakat dalam memberikan bantuan terhadap para korban, mengakibatkan masyarakat yang menjadi korban bencana alam sangat bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah.
• Belum terpenuhinya pelayanan standar minimum yang disyaratkan oleh piagam kemanusia terkait dengan pemberian bantuan terhadap korban bencana, sehingga sering ditemui korban bencana terkesan tidak dipenuhi akan haknya terhadap kehidupan yang bermartabat
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar