KESUSASTRAAN
Secara etimologi kesusastraan berarti karangan yang indah. "Sastra" artinya tulisan, karangan . "Indah" artinya luas.
PROSES PENCIPTAAN KESUSASTRAAN
Seorang
pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat
(realitas objektif). Realitas objektif itu dapat berbentuk peristiwa-peristiwa,
norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan lain-lain bentuk-bentuk realitas
objektif itu. Ia ingin memberontak dan memprotes. Sebelum pemberontakan
tersebut dilakukan (ditulis) ia telah memiliki suatu sikap terhadap realitas
objektif itu. Setelah ada suatu sikap maka ia mencoba mengangankan suatu
“realitas” baru sebagai pengganti realitas objektif yang sekarang ia tolak. Hal
inilah yang kemudian ia ungkapkan di dalam ciptasastra yang diciptakannya. Ia
mencoba mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif yang dia temukan. Ia
ingin berpesan melalui ciptasastranya kepada orang lain tentang suatu yang ia
anggap sebagai masalah manusia.
Ia berusaha
merubah fakta-fakta yang faktual menjadi fakta-fakta yang imajinatif dan bahkan
menjadi fakta-fakta yang artistik. Pesan-pesan justru disampaikan dalam
nilai-nilai yang artistik tersebut. Ia tidak semata-mata pesan-pesan moral
ataupun khotbah-khotbah tentang baik dan buruk akan tetapi menjadi pesan-pesan
yang artistik. Pesan-pesan yang ditawarkan dalam keterpesonaan dan senandung.
Dalam
kesusastraan Indonesia masalah itu dengan jelas dapat dilihat. Misalnya
kenyataan-kenyataan yang ada sekitar tahun 20-an terutama dalam masyarakat
Minangkabau ialah masalah : kawin paksa. Pengarang kita pada waktu itu punya
suatu sikap dan tidak puas dengan realitas objektif itu. Sikap itu bersifat
subjektif: bahwa ia tidak senang dan memprotes. Akan tetapi sikap itu juga bersifat
intersubjektif karena sikap itu dirasakan pula sebagai aspirasi yang umum.
Sikap-sikap subjektif dan intersubjektif itulah yang kemudian diungkapkan di
dalam ciptasastra-ciptasasra.
Ciptasatra-ciptasastra
tiu tidak saja lagi sebagai pernyataan dari sikap akan tetapi juga merupakan
pernyataan dari ciri-ciri berhubung dengan realitas objektif tresebut.
Diungkapkan dalam suatu transformasi (warna) yang artistik, sesuai dengan
ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) kesusastraan.
Karena itu
sebuah ciptasastra selain merupakan pernyataan hati nurani pengarangnya, ia
juga merupakan pengungkapan hati nurani masyarakatnya.
Di dalamnya
terdapat sikap, visi (pandangan hidup), cita-cita dan konsepsi dari
pengarangnya. Dari masalah kawin paksa misalnya dalam kesusastraan Indoneisa
lahirlah ciptasastra-ciptasastra : “Siti Nurbaya” dari Marah Rusli,
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” dari Hamka dan “Salah Asuhan” dari
Abdul Muis (untuk menyebut beberapa ciptasastra- ciptasastra yang baik).
Sebuah
ciptasastra merupakan kritik terhadap kenyataan-kenyataan yang berlaku. Atau
seperti yang dikatakan Albert Camus (seorang pengarang dan filsuf Perancis yang
pernah mendapat hadiah Nobel) merupakan pemberontakan terhadap realitas.
Karyasastra Marah Rusli “Siti Nurbaya” merupakan kritik terhadap tata kehidupan
masyarakat Minangkabau sekitar tahun 1920 – 1930. Demikian juga dengan
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ataupun “Salah Asuhan”. “Layar
Terkembang”karya Sutan Takdir Alisyahbana merupakan kritik terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia yang masih statis. Karya Idrus “Surabaya” juga
adalah kritik terhadap ekses-ekses dan hal-hal yang negatif dari revolusi
fisik. Demikian pula dengan sajak-sajak Khairil Anwar, kumpulan puisi Taufik
Ismail ‘Benteng” dan “Tirani” atau juga novel Bambang Sularto “Domba-Domba
Revolusi”.
Ciptasastra
merupakan sintesa dari adanya tesa dan anti tesa. Tesa disini adalah
kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Antitesa adalah sikap-sikap yang bersifat
subjektif dan intersubjektif. Sedangkan sintesa adalah hasil dari perlawanan
antara tesa dengan antitesa itu. Bersifat idealis, imajinatif dan kreatif,
berdasarkan cita-cita dan konsepsi pengarang.
Semuanya
diungkapkan melalui bahasa sebagai media. Dengan demikian di dalam kesustraan
ada beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan. Yaitu faktor-faktor :
Persoalan yang diungkapkan, keindahan pengungkapan dan faktor bahasa atau kata.
Dalam kesusastraan Indonesia, yang dimaksudkan adalah pengungkapan
persoalan-persoalan dan nilai-nilai tentang hidup (manusia dan kemanusiaan),
terutama persoalan-persoalan dan nilai-nilai lain yang berhubungan dengan
bangsa Indonesia serta diungkapkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
media.
BENTUK- BENTUK KESUSASTRAAN
Ada beberapa
bentuk kesusastraan :
- Puisi
- Cerita Rekaan (fiksi)
- Essay dan Kritik
- Drama
Apakah yang
membedakan antara puisi dengan cerita rekaan? Perbedaan itu akan terlihat dalam
proses pengungkapannya. Dalam puisi akan dijumpai dua proses yang disebut
Proses konsentrasi dan proses intensifikasi. Proses konsentrasi yakni proses
pemusatan terhadap suatu focus suasana dan masalah, sedang proses intensifikasi
adalah proses pendalaman terhadap suasana dan masalah tersebut. Unsur-unsur
struktur puisi berusaha membantu tercapainya kedua proses itu. Inilah hakekat
puisi, yang kurang terlihat dalam proses (cerita rekaan, esei dan kritik serta
drama). Pada prosa, suasana yang lain atau masalah-masalah yang lain dapat saja
muncul di luar suasana dan masalah pokok yang ingin diungkapkan seorang
pengarang dalam ciptasastranya.
Cerita-cerita
(fiksi) sering dibedakan atas tiga macam bentuk yakni : Cerita pendek (cerpen),
novel, dan roman. Akan tetapi di dalam kesusastraan Amerika umpanya hanya
dikenal istilah : cerpen (short story) dan novel. Istilah roman tidak ada. Yang
kita maksud dengan “roman” dalam kesusastraan Amerika adalah juga “novel”.
PUISI
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan
untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
HAL- HAL MEMBACA PUISI
Hal- hal
yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
- Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi
adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi.
Mimik adalah gerak air muka.
- Kinesik yaitu gerak anggota
tubuh.
- Kejelasan artikulasi
Artikulasi
yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
- Timbre yaitu warna bunyi suara
(bawaan) yang dimilikinya.
- Dinamik artinya keras lembut,
tinggi rendahnya suara.
- Intonasi atau lagu suara
Dalam sebuah
puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :
1.
Tekanan
dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
2.
Tekanan
nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan
keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan,
pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
3.
Tekanan
tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi
baru
1) Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
- Distikon , adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
- Terzina , puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
- Kuatrain , puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
- Kuint , adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
- Sektet , adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
- Septime , adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
- Oktaf /Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
- Soneta , adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeriBelanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Ciri puisi lama:
Jenis-jenis puisi lama
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
2) Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan
atas :
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya
antara lain:
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
Sumber:
http://visiuniversal.blogspot.com/2014/02/pengertian-dan-makna-puisi-sebagai.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
0 komentar:
Posting Komentar