Nama kelompok :
1. Asri Sonya Parwati
2. Gita Regina
3. Iin Fatmala
4. Ivo Rian Arofa
5. Kartikasari A
6. Michellin Hanada Fardiany
7. Mustafa Kamal
8. Nandya Puspa Andini
9. Olivia Cessaria
Kelas : 2pa15
1. PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
A. Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku bangsa. Sikap selain dapat berbentuk sikap perorangan (individual), juga dapat berbentuk sikap social. Sikap individual adalah sikap yang diyakini oleh individual tertentu, sedangkan sikap social adalah sikap yang diyakini (dianut) sekelompok orang terhadap suatu objek.
Untuk membedakan sikap dengan aspek-aspek psikis lainnya, seperti pengetahuan (knowledge), keyakinan (belief), motif (motives), niat (intention), dan lain sebagainya, maka dapat di lihat beberapa ciri-ciri sikap seperti dibawah ini:
1). Sikap selalu menggambarkan hubungan antara subyek dengan obyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang, ideology, nilai-nilai social, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
2). Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi “dipelajari” dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.
3). Karena sikap dapat “dipelajari”, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relative sulit berubah.
4). Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. Misalnya saja, seorang yang suka sate akan tetap menyukai sate meskipun ia telah kenyang makan sate.
5). Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan obyek yang menjadi pusat perhatiannya.
6). Dalam sikap tersangkut juga factor motivasi dan perasaan. Hal inilah yang membedakan dari pengetahuan.
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja,melainkan melalui kontak social terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini, factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah:
1) Faktot Intern, yaitu factor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti selektivitas. Penyeleksian (selektivitas) diperlukan karena rangsangan yang dating dari luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapt diresap oleh individu, oleh karena itu seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan “diperdalam” dan rangsangan-rangsangan mana yang tidak ingin “diperdalam”.
2) Factor Ekstern, adalah factor-faktor yang terdapat diluar diri individu. Factor-faktor ini antara lain:
a). Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.
b). Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
c). Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d). Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap.
e). Situasi pada saat itu dibentuk.
Pekerjaan dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi lebih baik. Baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, dan mereka menghindari aktivitas yang menjadikan mereka buruk. Dan disini, atasan berperan penting dalam mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manager dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat, diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut sehingga memunculkan sikap take and give.
B. Proses dalam Memilih Pekerjaan
Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup atau memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia akan mau dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada posisi dengan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila mana ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti bahwa perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya pemenuhan kebutuhannya. Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan kemampuanya, para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk mencari calon tenga kerja yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam bidang yang dicari oleh pihak perusahaan. ada enam tahapan yang harus dijalani oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
a). Tahap penyerahan surat lamaran.
b). Tahap wawancara awal.
c). Tahap ujian psikotes (wawancara).
d). Tahap penilaian akhir.
e). Tahap pemberitahuan wawancara akhir.
f). Tahap penerimaan.
C. Memilih Pekerjaan yang Cocok
Pekerjaan yang sesuai dengan cocok & tipe kepribadian adalah idaman setiap orang. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian, umumnya akan lebih sukses dalam menjalani karir, karena pekerjaan terasa lebih menyenangkan.
Tidaklah mudah bagi kita untuk menemukan pekerjaan idaman yang sesuai dengan minat dan kepribadian kita. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian, pada umumnya lebih sukses dalam menjalani karir. Kesesuaian itulah yang membuat orang lebih mencintai dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya, dampaknya pun kita bisa bekerja lebih giat dan rasa tanggung jawab pun semakin tinggi. Untuk itu, marilah kita bahas potensi, minat dan kepribadian Anda sehingga diharapkan bisa mempermudah Anda dalam memilih jenis pekerjaan yang sesuai.
Memilih pekerjaan sesuai dengan minat
1) Minat pada Ide
Apakah Anda termasuk orang yang selalu ingin tahu, kreatif dan sering mengekploitasi ide-ide yang baru? Jika iya, maka bidang pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah bidang penulisan, pengetahuan alam, pengobatan, atau bidang artistik.
2) Minat pada Orang
Apa minat Anda lebih ke arah sosial? Jika Anda termasuk orang yang senang bertemu dengan orang baru, mudah bergaul dan beradaptasi, senang bepergian ke tempat baru, serta berjiwa sosial tinggi, dapat dipastikan bahwa Anda tidak cocok menjadi pekerja kantoran yang berjam-jam berkutat dengan komputer. Pilihan Anda lebih cocok kepada pekerjaan yang mengizinkan Anda untuk dapat bertemu dengan banyak orang seperti Marketing, Konsultan, Sales, atau Public Relation.
3) Minat pada Benda
Anda termasuk orang yang teratur, rapi, dan senang mengerjakan sesuatu dengan terencana, tetapi tidak begitu senang bertemu dengan orang? Jika iya, pekerjaan di belakang meja akan cocok untuk Anda. Anda cocok bekerja di bidang pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi seperti administasi, akutansi, atau keuangan.
Memilih Pekerjaan sesuai dengan kepribadian
Menurut teori kepribadian yang dikemukakan oleh John Holland. Tipe kepribadian manusia dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :
1) Tipe Realistis
Orang yang bertipe realistis cenderung memiliki keahlian bekerja dengan mesin atau peralatan mekanik. Pekerjaan yang berkutat dengan aktivitas social tidak cocok bagi tipe realistis. Orang dengan tipe realistis biasanya praktis, mekanis, dan realistis. Jika Anda termasuk dalam tipe ini, bekerja sebagai insinyur teknik atau pilot bisa menjadi pilihan.
2) Tipe Investigatif
Apabila Anda termasuk orang yang pandai dalam memecahkan masalah, tetapi umumnya menghindari pekerjaan yang sifatnya memimpin/mempengaruhi orang, maka Anda tergolong tipe investigatif. Orang dengan tipe realistis biasanya presisi dan intelektual. Bekerja sebagai ahli kimia, dokter gigi, psikiater atau psikolog dan ahli matematika bisa menjadi pilihan bagi orang bertipe investigatif.
3) Tipe Artistik
Tipe artistik merupakan orang-orang yang suka melakukan aktivitas seni, drama, keterampilan tangan, menulis sastra, tetapi menghindari aktivitas yang rutin dan berulang. Orang dengan tipe artistic biasanya ekspresif, orisinal, dan independen. Jika Anda termasuk tipe ini, bekerja sebagai desainer pakaian, penari, komposer, editor buku, dan desain grafis bisa menjadi pilihan.
4) Tipe Sosial
Orang dengan tipe social cenderung suka menolong orang, serta menyukai kegiatan sosial yang mengharuskannya untuk berinteraksi dengan banyak orang. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe realistis. Biasanya orang dengan tipe sosial cocok bekerja sebagai guru, penari, konsultan, perawat, atau pekerja sosial.
5) Tipe Usahawan
Beda halnya dengan orang tipe investigatif, tipe usahawan justru senang memimpin dan mempengarruhi orang lain. Tipe usahawan menghindari pekerjaan –pekerjaan yang membutuhkan observasi dan ketelitian mendalam. Orang dengan tipe usahawan biasanya enerjik, ambisius dan bisa bersosialisasi. Cocok bekerja sebagai sales, pengacara, atau hakim.
6) Tipe Konvensional
Apakah Anda menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan angka, berkas-berkas dan segala pekerjaan yang serba teratur? Jika ya, maka Anda termasuk orang dengan tipe konvensional. Bila Anda termasuk tipe ini, Anda dapat memilih pekerjaan sebagai akuntan, administrasi, staf keuangan dan sekretaris sebagai pilihan karir Anda.
D. Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Dawis dan Lofquist (1984) mendefinisikan penyesuaian bekerja sebagai “proses berkelanjutan dan dinamis di mana seorang pekerja berusaha untuk mencapai dan mempertahankan korespondensi dengan lingkungan kerja”. Ada dua komponen utama untuk memprediksi penyesuaian kerja: kepuasan dan kualitas memberikan kepuasan yang cukup untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan (satisfactoriness). Kepuasan mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu dan persyaratan dipenuhinya pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness menyangkut penilaian orang lain, dari sejauh mana individu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Penyesuaian diri juga bisa dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal harian. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dengan cepat mampu mengelola dirinya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Penyesuaian diri juga sering dipahami sebagai belajar hidup dengan suatu yang tidak dapat diubah. Orang memiliki penyesuaian diri yang baik bila bias menerima keterbatasan yang tidak dapat diubah. Sebenarnya dalam bahasa inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda maknanya, yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjustment). Kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri, tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
E. Wakru Luang
Waktu luang adalah waktu sela diantara waktu yang diperuntukkan bagi pekerjaan utama. Tidak ada yang suka bekerja sepanjang waktu. Sebagian besar dari kita menginginkan pergi ke sendiri dan dengan keluarga kita. Istilah tradisional yang digunakan untuk waktu tidak bekerja seperti itu liburan, secara harfiah berarti “waktu off bekerja atau tugas.” Kebanyakan dari kita berpikir bahwa kita memiliki waktu luang lebih baik. Namun peningkatan waktu luang sekarang menimbulkan masalah bagi banyak orang.
Bagi sebagian orang, waktu luang adalah waktu untuk beristirahat. Bagi sebagian lainnya waktu luang adalah saat yang bagus untuk bertemu teman-teman atau bersosialisasi. Bagi sebagian lainnya lagi, waktu luang sama dengan waktu kreatif.
2. SELF-DIRECTED CHANGES
A. Konsep dan Pengertian Self-directed changes
Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed learning diperlukan karena dapat memberikan siswa kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap harinya, bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak terjadi atau tidak muncul.
Konsep dan Penerapan Self-directed Changes
1) Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
Contoh: misalnya seorang yang suka memakan makanan cepat saji ingin melepaskan dari kebiasaan tersebut karna tidak baik untuk kesehatan.
2) Menetapkan tujuan
Dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk memakan makan cepat saji mungkin kita bisa menggantinya dengan makanan yang tampaknya sama tapi dibuat sendiri jadi lebih sehat atau menggantinya dengan alternative makanan sehat lainnya.
3) Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.
Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan memakan makanan cepat saji, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak makan makanan cepat saji. Misalnya dengan mengalihkan ke makanan yang sehat.
4) Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
Contoh: selain memakan makanan cepat saji, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita.
5) Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6) Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
7) Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :