Selasa, 11 Oktober 2016

Psikologi Manajemen

Tugas ke 2 Psikologi Manajemen

Nama Kelompok : 
ANITA RACHMAN (11514325)
DINAR IBADI (13514149)
IKA DESTY (15514125)
MICHELLIN HANADA (16514638)
NURMA KHAIRUNNISA (18514230)
YANUAR DIMAS (1C514354)
Kelas : 3PA15

PERUSAHAAN STASIUN TELEVISI
1.      Perencanaan
·         Membuat program televisi yang mendidik
·         Menjadi program televisi yang diminati dan ditonton oleh masayarakat
·         Mempekerjakan karyawan yang sesuai dengan kriteria yang diperlukan
·         Dengan menerapkan rating dan share tertunggi dari semua program televisi

2.      Pengorganisasian
·         Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan kemampuan dan prosedur yang ditetapkan
·         Menetapkan karyawan pada posisi yang tepat sehingga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab pada pekerjaannya
·         Melakukan perekrutan , penyeleksian , pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia devisi yang diperlukan

3.      Pengarahan / implementasi
·         Owner memberikan motivasi kepada karyawan dan reward jika program televisinya mencapai rating tertinggi
·         Memberikan arahan sesuai dengan program televisi yang dijalankan
·         Menjelaskan kebijakan perusahaan kepada karyawan , sepeti memakai seragam dan tanda pengenal

4.      Pengawasan dan Pengendalian
·         Setelah acara program televisi selesai dilakukan evaluasi untuk pencapaian rating tertinggi
·         Melakukan klarifikasi dan mengkoreksi program televisi jika ada penyimpangan dalam penyiaran . Seperti , berkata kasar,berpakaian tidak senonoh
·         Jika program televisi memiliki rating yang buruk maka program harus diganti dengan program yang lebih menghibur dan berbobot.

Kamis, 06 Oktober 2016

Kesehatan Mental

TUGAS KE-4 KESEHATAN MENTAL

Nama kelompok :
1.      Asri Sonya Parwati
2.      Gita Regina
3.      Iin Fatmala
4.      Ivo Rian Arofa
5.      Kartikasari A
6.      Michellin Hanada Fardiany
7.      Mustafa Kamal
8.      Nandya Puspa Andini
9.      Olivia Cessaria
Kelas : 2pa15
1.      PEKERJAAN DAN WAKTU LUANG
A.      Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku bangsa. Sikap selain dapat berbentuk sikap perorangan (individual), juga dapat berbentuk sikap social. Sikap individual adalah sikap yang diyakini oleh individual tertentu, sedangkan sikap social adalah sikap yang diyakini (dianut) sekelompok orang terhadap suatu objek.
Untuk membedakan sikap dengan aspek-aspek psikis lainnya, seperti pengetahuan (knowledge), keyakinan (belief), motif (motives), niat (intention), dan lain sebagainya, maka dapat di lihat beberapa ciri-ciri sikap seperti dibawah ini:
1).      Sikap selalu menggambarkan hubungan antara subyek dengan obyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang, ideology, nilai-nilai social, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
2).      Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi “dipelajari” dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.
3).      Karena sikap dapat “dipelajari”, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relative sulit berubah.
4).      Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. Misalnya saja, seorang yang suka sate akan tetap menyukai sate meskipun ia telah kenyang makan sate.
5).      Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan obyek yang menjadi pusat perhatiannya.
6).      Dalam sikap tersangkut juga factor motivasi dan perasaan. Hal inilah yang membedakan dari pengetahuan.
            Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja,melainkan melalui kontak social terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Dalam hubungan ini, factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah:
1)        Faktot Intern, yaitu factor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti selektivitas. Penyeleksian (selektivitas) diperlukan karena rangsangan yang dating dari luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapt diresap oleh individu, oleh karena itu seseorang harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan “diperdalam” dan rangsangan-rangsangan mana yang tidak ingin “diperdalam”.
2)        Factor Ekstern, adalah factor-faktor yang terdapat diluar diri individu. Factor-faktor ini antara lain:
a).      Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.
b).      Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
c).      Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d).      Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap.
e).      Situasi pada saat itu dibentuk.
Pekerjaan dinilai sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan rohani maupun jasmani. Pekerjaan memerlukan pemikiran yang sadar sehingga bisa dengan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu. Dan tujuan yang dicari dalam pekerjaan yaitu menjadikan pekerja menjadi lebih baik. Baik disini maksudnya adalah menjadikan pekerja lebih terpenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, dan mereka menghindari aktivitas yang menjadikan mereka buruk. Dan disini, atasan berperan penting dalam mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Karyawan diusahakan supaya menyukai pekerjaan yang ia dapatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik. Manager dalam mengubah sikap karyawan juga harus memiliki kemampuan yang tepat, diberikan reward dan punishment kepada karyawan tersebut sehingga memunculkan sikap take and give.
B.       Proses dalam Memilih Pekerjaan
Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup atau memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia akan mau dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada posisi dengan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila mana ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti bahwa perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya pemenuhan kebutuhannya. Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan kemampuanya, para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk mencari calon tenga kerja yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam bidang yang dicari oleh pihak perusahaan. ada enam tahapan yang harus dijalani oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
a).      Tahap penyerahan surat lamaran.
b).      Tahap wawancara awal.
c).       Tahap ujian psikotes (wawancara).
d).      Tahap penilaian akhir.
e).      Tahap pemberitahuan wawancara akhir.
f).        Tahap penerimaan.
C.       Memilih Pekerjaan yang Cocok
Pekerjaan yang sesuai dengan cocok & tipe kepribadian adalah idaman setiap orang. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian, umumnya akan lebih sukses dalam menjalani karir, karena pekerjaan terasa lebih menyenangkan.
Tidaklah mudah bagi kita untuk menemukan pekerjaan idaman yang sesuai dengan minat dan kepribadian kita. Apabila kita bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan tipe kepribadian, pada umumnya lebih sukses dalam menjalani karir. Kesesuaian itulah yang membuat orang lebih mencintai dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya, dampaknya pun kita bisa bekerja lebih giat dan rasa tanggung jawab pun semakin tinggi. Untuk itu, marilah kita bahas potensi, minat dan kepribadian Anda sehingga diharapkan bisa mempermudah Anda dalam memilih jenis pekerjaan yang sesuai.
Memilih pekerjaan sesuai dengan minat
1)        Minat pada Ide
Apakah Anda termasuk orang yang selalu ingin tahu, kreatif dan sering mengekploitasi ide-ide yang baru? Jika iya, maka bidang pekerjaan yang cocok untuk Anda adalah bidang penulisan, pengetahuan alam, pengobatan, atau bidang artistik.
2)        Minat pada Orang
Apa minat Anda lebih ke arah sosial? Jika Anda termasuk orang yang senang bertemu dengan orang baru, mudah bergaul dan beradaptasi, senang bepergian ke tempat baru, serta berjiwa sosial tinggi, dapat dipastikan bahwa Anda tidak cocok menjadi pekerja kantoran yang berjam-jam berkutat dengan komputer. Pilihan Anda lebih cocok kepada pekerjaan yang mengizinkan Anda untuk dapat bertemu dengan banyak orang seperti Marketing, Konsultan, Sales,  atau Public Relation.
3)        Minat pada Benda
Anda termasuk orang yang teratur, rapi, dan senang mengerjakan sesuatu dengan terencana, tetapi tidak begitu senang bertemu dengan orang? Jika iya, pekerjaan di belakang meja akan cocok untuk Anda. Anda cocok bekerja di bidang pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi seperti administasi, akutansi, atau keuangan.
Memilih Pekerjaan sesuai dengan kepribadian
Menurut teori kepribadian yang dikemukakan oleh John Holland. Tipe kepribadian manusia dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :
1)        Tipe Realistis
Orang yang bertipe realistis cenderung memiliki keahlian bekerja dengan mesin atau peralatan mekanik. Pekerjaan yang berkutat dengan aktivitas social tidak cocok bagi tipe realistis. Orang dengan tipe realistis biasanya praktis, mekanis, dan realistis. Jika Anda termasuk dalam tipe ini, bekerja sebagai insinyur teknik atau pilot bisa menjadi pilihan.
2)        Tipe Investigatif
Apabila Anda termasuk orang yang pandai dalam memecahkan masalah, tetapi umumnya menghindari pekerjaan yang sifatnya memimpin/mempengaruhi orang, maka Anda tergolong tipe investigatif. Orang dengan tipe realistis biasanya presisi dan intelektual. Bekerja sebagai ahli kimia, dokter gigi, psikiater atau psikolog dan ahli matematika bisa menjadi pilihan bagi orang bertipe investigatif.
3)        Tipe Artistik
Tipe artistik merupakan orang-orang yang suka melakukan aktivitas seni, drama, keterampilan tangan, menulis sastra, tetapi menghindari aktivitas yang rutin dan berulang. Orang dengan tipe artistic biasanya ekspresif, orisinal, dan independen. Jika Anda termasuk tipe ini, bekerja sebagai desainer pakaian, penari, komposer, editor buku, dan desain grafis bisa menjadi pilihan.
4)        Tipe Sosial
Orang dengan tipe social cenderung suka menolong orang, serta menyukai kegiatan sosial yang mengharuskannya untuk berinteraksi dengan banyak orang. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe realistis. Biasanya orang dengan tipe sosial cocok bekerja sebagai guru, penari, konsultan, perawat, atau pekerja sosial.
5)        Tipe Usahawan
Beda halnya dengan orang tipe investigatif, tipe usahawan justru senang memimpin dan mempengarruhi orang lain. Tipe usahawan menghindari pekerjaan –pekerjaan yang membutuhkan observasi dan ketelitian mendalam. Orang dengan tipe usahawan biasanya enerjik, ambisius dan bisa bersosialisasi. Cocok bekerja sebagai sales, pengacara, atau hakim.
6)        Tipe Konvensional
Apakah Anda menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan angka, berkas-berkas dan segala pekerjaan yang serba teratur? Jika ya, maka Anda termasuk orang dengan tipe konvensional. Bila Anda termasuk tipe ini, Anda dapat memilih pekerjaan sebagai akuntan, administrasi, staf keuangan dan sekretaris sebagai pilihan karir Anda.
D.      Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Dawis dan Lofquist (1984) mendefinisikan penyesuaian bekerja sebagai “proses berkelanjutan dan dinamis di mana seorang pekerja berusaha untuk mencapai dan mempertahankan korespondensi dengan lingkungan kerja”. Ada dua komponen utama untuk memprediksi penyesuaian kerja: kepuasan dan kualitas memberikan kepuasan yang cukup untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan (satisfactoriness). Kepuasan mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu dan persyaratan dipenuhinya pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness menyangkut penilaian orang lain, dari sejauh mana individu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Penyesuaian diri juga bisa dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal harian. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dengan cepat mampu mengelola dirinya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Penyesuaian diri juga sering dipahami sebagai belajar hidup dengan suatu yang tidak dapat diubah. Orang memiliki penyesuaian diri yang baik bila bias menerima keterbatasan yang tidak dapat diubah. Sebenarnya dalam bahasa inggris, istilah penyesuaian diri memiliki dua kata yang berbeda maknanya, yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjustment). Kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri, tetapi memiliki perbedaan makna yang mendasar.
E.        Wakru Luang
Waktu luang adalah waktu sela diantara waktu yang diperuntukkan bagi pekerjaan utama. Tidak ada yang suka bekerja sepanjang waktu. Sebagian besar dari kita menginginkan pergi ke sendiri dan dengan keluarga kita. Istilah tradisional yang digunakan untuk waktu tidak bekerja seperti itu liburan, secara harfiah berarti “waktu off bekerja atau tugas.” Kebanyakan dari kita berpikir bahwa kita memiliki waktu luang lebih baik. Namun peningkatan waktu luang sekarang menimbulkan masalah bagi banyak orang.
Bagi sebagian orang, waktu luang adalah waktu untuk beristirahat. Bagi sebagian lainnya waktu luang adalah saat yang bagus untuk bertemu teman-teman atau bersosialisasi. Bagi sebagian lainnya lagi, waktu luang sama dengan waktu kreatif.
2.      SELF-DIRECTED CHANGES
A.      Konsep dan Pengertian Self-directed changes
Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed learning diperlukan karena dapat memberikan siswa kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap harinya, bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak terjadi atau tidak muncul.

Konsep dan Penerapan Self-directed Changes
1)        Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
Contoh: misalnya seorang yang suka memakan makanan cepat saji ingin melepaskan dari kebiasaan tersebut karna tidak baik untuk kesehatan.
2)        Menetapkan tujuan
Dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk memakan makan cepat saji mungkin kita bisa menggantinya dengan makanan yang tampaknya sama tapi dibuat sendiri jadi lebih sehat atau menggantinya dengan alternative makanan sehat lainnya.
3)        Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.
Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan memakan makanan cepat saji, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak makan makanan cepat saji. Misalnya dengan mengalihkan ke makanan yang sehat.
4)        Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
Contoh: selain memakan makanan cepat saji, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita.
5)        Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6)        Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
7)        Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :

Senin, 30 Mei 2016

Kesehatan Mental

Tugas Ke 3 Kesehatan Mental

Nama kelompok :
1.      Asri Sonya Parwati
2.      Gita Regina
3.      Iin Fatmala
4.      Ivo Rian Arofa
5.      Kartikasari A
6.      Michellin Hanada Fardiany
7.      Mustafa Kamal
8.      Nandya Puspa Andini
9.      Olivia Cessaria
Kelas : 2pa15


HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
A.      Model-Model Hubungan Interpersonal
Model sendiri menurut B.Aubrey Fisher merupakan analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat, atau komponen yang penting dari sebuah fenomena. Dengan kata lain model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
1)   Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2)   Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3)   Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1.    Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
2.    Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
3.    Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4)   Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B.       Memulai Hubungan
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1)   Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)   Informasi demografis.
b)   Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)    Rencana yang akan datang.
d)   Kepribadian.
e)   Perilaku pada masa lalu.
f)     Orang lain serta,
g)   Hobi dan minat.

2)   Peneguhan Hubungan
     Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan                         memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)   Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b)   Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c)    Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)   Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

C.       Hubungan Peran
Model peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)   Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)   Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)    Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)   Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)   Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :
1.    Berdasarkan jumlah individu yang terlibat
a)        Hubungan diad
Hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
b)        Hubungan Triad
Hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
2.    Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
a)        Hubungan tugas
Merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.
b)        Hubungan Sosial
Merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3.    Berdasarkan jangka waktu.
a)        Hubungan jangka pendek
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya    hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
b)        Hubungan jangka panjang
Berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).
4.    Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a)        Komunikasi efektif
b)        Ekspresi wajah
c)         Kepribadian
d)        Stereotyping
e)        Daya tarik
f)          Ganjaran
g)        Kompetensi

D.      Intimasi dan Hubungan Pribadi
Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para ahli:
1.         Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
2.         Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
3.         Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
4.         Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
5.         Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu sama lain.
E.       Intimasi dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.

Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal
·      Faktor pertama, yang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.
·      Faktor kedua, yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain adalah kejujuran.
·      Faktor ketiga, yang menumbuhkan sikap percaya yaitu mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.

CINTA DAN PERKAWINAN
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
A.      Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang harus berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
·           COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
·           COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
·           COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Berikut saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan:
1.    Seiman: Memiliki pasangan yang mempunyai arah dan tujuan yang sama merupakan suatu hal yang sangat penting bagi saya dalam menjalankan sebuah hubungan. Karena dengan dasar sama, akan memudahkan kita dalam berhubungan.
2.    Cinta Keluarga: Bagi saya, jika pasangan saya mencintai saya, dia harus mencintai pula keluarga saya; mama, papa dan adik saya.
3.    Materi: Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya adalah pasangan kita mampu memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
4.    Penampilan: Siapa yang tak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya. Tapi pria dengan penampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadian.
B.       Hubungan Dan Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
1.    Tahap pertama: Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
2.    Tahap kedua: Dissapointment or Distress. Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
3.    Tahap ketiga: Knowledge and Awareness. Tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
4.    Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
5.    Tahap kelima:  Real Love. Pasangan pada tahap ini akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua.
C.       Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, tidak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antar keluarga kedua belah pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan,kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan.Perceraian dan pernikahan kembali
Berikut ini beberapa hal yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan menurut (Dyer, 1983) :
1.    Usia
2.    Agama
3.    Ras
4.    Pendidikan
5.    Keluarga pasangan
D.      Perceraian dan Pernikahan Kembali
Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya.
Psikolog Azin Nasseri mengatakan, "Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi."
Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen mengatasi konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga memutuskan untuk mengatasi rasa takut, marah dan penolakan, mereka bisa melewati fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam hubungan, dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta pada pasangannya.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E.       Alternatif Selain Pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Sumber :

 

Michell Hanada Template by Ipietoon Cute Blog Design